Jumat, 21 September 2012

Refleksi LS : Subagyo: ” Perdana yang terkesan sepi”

Prigen (21/9)




Tepat pukul 09.00 kelas IX A yang diplot menjadi objek ‘open class’ sudah masuk di ruang. Guru model kemudian masuk diiringi beberapa observer yang ‘lumayan’ banyak yang masuk kelas IX  termasuk Bapak Kepala Madrasah.  Beberapa detik kemudian guru model 'kawakan' Rohmad Hariadi, M.Pd ini membuka kelasnya dengan menampilkan judul pembelajaran “ perbandingan sebangun’. Setelah ajukan ‘pretest’ dengan beberapa perntayaan setelah itu menjelaskan materinya.  Lembar kerja siswa diberikan dengan Pak Har memberi tugas siswa membandingkan ‘bingkai’ dengan foto yang lebih kecil. Maksudnya adalah agar para siswa menghitung nilai perbandingan. Ukuran bingkai P=20 cm dan L=15 cm. Dengan foto yang lebih kecil 16 cm dan 12 cm.


Dalam RPP ‘gaya baru’nya yang kata Darmanto, M.Pd merupakan RPP ‘terkini’ yang super simple,  Tujuan belajar kita hari ini adalah menguatkan fungsi membandingkan. Para siswa agar memahami cara membandingkan dengan bantuan media bingkai dan foto tadi. Dalam ‘do’ sepanjang hampir 45 menit, pak Hari yang terkenal bermadzhab ‘kontruktivism’ ini dalam membantu memahamkan proses ini, rupanya cukup ‘berkeringat’. Tidak hanya ‘berkeringat’ tapi juga ekstra sabar. Bagaimana tidak, beliau harus ‘thawaf’ kesana kemari memantau lembar kerja siswa apakah sudah betul mereka memahami materi ini. Kelihatan meja  kelompok Fardan, Sholeh dan Ricky menurut sebagian observer sering didatangi sang guru model.

Tepat pukul 10.15 menit, kegiatan ‘do’ diakhiri oleh guru model. Tetapi Nampak serius Fardan menghampiri meja Pak Har, rupanya ingin menyatakan betapa kesulitan tadi saat belajar, namun terakhir Fardan menemukan juga ‘kepahaman’ itu. Kegiatan dilanjutkan dengan “see’. Moderator Kurnaeni Fauziah, S.Pd mulai membuka ‘see’ kita kali ini dengan didampingi Hj. Wiwin Indayati, S.Pd sebagai notula diskusi. Kelihatan yang mengikuti refleksi kali ini tidak seperti saat awal open kelas tadi..”gumam salah satu peserta sebut namanya Subagyo, S.Pd, hal ini sempat memberi kesan sedikit memaksakan penilaian LS perdana ini bersuasana sepi peserta saat ‘refleksi’.

Dalam paparan awal R. Hariadi, M.Pd sempat berstatement bahwa siswa kita belajarnya hari ini ‘cukup berat’ terutama kelompoknya Fardan. Pengamatan dalam kelas realistis dengan ‘open kelas’ kita hari ini memang berbeda. Menanggapi ini beberapa observer berpendapat berfariasi. Khoirul Anam, S.Si melihat siswa kita kesulitan ‘konsep teknis’ bagaimana tatacara membandingkan, itu tidak kuat di pemikiran mereka, seperti siswa ricky’ perlu berulang-ulang penjelasan agar bisa memecahkan misteri itu. Ketika dikatakan para siswa kita itu ‘lemah’ daya ingatnya, Jariyahtun N, S.Pd menyanggahnya.

Sementara Luqman H, S.Pd member solusi agar diperkuat anak-anak yang belajarnya ‘lemah’ tadi pada penjelasan agar diperkaya step by step. R. Hariadi tidak menafikan adanya ‘lemah’nya kelompok tadi, namun Pak Har ‘aslinya’ mencoba ‘kontruk’ pemahaman siswa. Mengutip konsep Suzuki Rio bahwa dalam proses belajar tadi sebenarnya para siswa mampu akan bagaimana ‘mencari sendiri’ dan berusaha menemukan ‘pemahaman’ itu. Mungkin proses ini yang agak sulit ditemukan pada ricky dkk sehingga Pak Har beberapa kali merubah tempat duduk siswa.

Menanggapi ‘kesan sepi’ dari Subagyo tadi para reflector sudah paham bahwa akar masalahnya adalah hari jumat. Subagyo kemudian memaparkan argumennya…”Di luar alasan hari Jumat, LS ini ‘kan panggilan professional, ternyata  open Class masih belum menjadi kebutuhan secara umum kita, akhirnya pesertanya ‘merotoli’ menjelang refleksi, kecuali ada embel-embelnya tahulah apa yang saya maksud ..’kata subagyo dengan kocak.” Memang masalah hari sudah dibahas di rapat, mudah-mudahan ada solusi soal hari, kalau masalah ‘kebutuhan -need’ akan open class, rupanya itu tergantung pada amal dan perbuatan professional atau mental program professional diri guru pak bagyo.?%$ (guz).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar