Prigen (21/9)
Tepat pukul 09.00 kelas IX A yang
diplot menjadi objek ‘open class’ sudah masuk di ruang. Guru model kemudian masuk diiringi
beberapa observer yang ‘lumayan’ banyak yang masuk kelas IX termasuk Bapak Kepala
Madrasah. Beberapa detik kemudian guru
model 'kawakan' Rohmad Hariadi, M.Pd ini membuka kelasnya dengan menampilkan
judul pembelajaran “ perbandingan sebangun’. Setelah ajukan ‘pretest’ dengan
beberapa perntayaan setelah itu menjelaskan materinya. Lembar kerja siswa diberikan dengan Pak Har
memberi tugas siswa membandingkan ‘bingkai’ dengan foto yang lebih kecil.
Maksudnya adalah agar para siswa menghitung nilai perbandingan. Ukuran bingkai
P=20 cm dan L=15 cm. Dengan foto yang lebih kecil 16 cm dan 12 cm.
Dalam RPP ‘gaya baru’nya yang
kata Darmanto, M.Pd merupakan RPP ‘terkini’ yang super simple, Tujuan belajar kita hari ini adalah
menguatkan fungsi membandingkan. Para siswa agar memahami cara membandingkan
dengan bantuan media bingkai dan foto tadi. Dalam ‘do’ sepanjang hampir 45
menit, pak Hari yang terkenal bermadzhab ‘kontruktivism’ ini dalam membantu
memahamkan proses ini, rupanya cukup ‘berkeringat’. Tidak hanya ‘berkeringat’
tapi juga ekstra sabar. Bagaimana tidak, beliau harus ‘thawaf’ kesana kemari
memantau lembar kerja siswa apakah sudah betul mereka memahami materi ini.
Kelihatan meja kelompok Fardan, Sholeh
dan Ricky menurut sebagian observer sering didatangi sang guru model.
Tepat pukul 10.15 menit, kegiatan
‘do’ diakhiri oleh guru model. Tetapi Nampak serius Fardan menghampiri meja Pak
Har, rupanya ingin menyatakan betapa kesulitan tadi saat belajar, namun
terakhir Fardan menemukan juga ‘kepahaman’ itu. Kegiatan dilanjutkan dengan “see’.
Moderator Kurnaeni Fauziah, S.Pd mulai membuka ‘see’ kita kali ini dengan
didampingi Hj. Wiwin Indayati, S.Pd sebagai notula diskusi. Kelihatan yang
mengikuti refleksi kali ini tidak seperti saat awal open kelas tadi..”gumam
salah satu peserta sebut namanya Subagyo, S.Pd, hal ini sempat memberi kesan sedikit
memaksakan penilaian LS perdana ini bersuasana sepi peserta saat ‘refleksi’.
Dalam paparan awal R. Hariadi,
M.Pd sempat berstatement bahwa siswa kita belajarnya hari ini ‘cukup berat’
terutama kelompoknya Fardan. Pengamatan dalam kelas realistis dengan ‘open
kelas’ kita hari ini memang berbeda. Menanggapi ini beberapa observer
berpendapat berfariasi. Khoirul Anam, S.Si melihat siswa kita kesulitan ‘konsep
teknis’ bagaimana tatacara membandingkan, itu tidak kuat di pemikiran mereka,
seperti siswa ricky’ perlu berulang-ulang penjelasan agar bisa memecahkan
misteri itu. Ketika dikatakan para siswa kita itu ‘lemah’ daya ingatnya,
Jariyahtun N, S.Pd menyanggahnya.
Sementara Luqman H, S.Pd member
solusi agar diperkuat anak-anak yang belajarnya ‘lemah’ tadi pada penjelasan
agar diperkaya step by step. R.
Hariadi tidak menafikan adanya ‘lemah’nya kelompok tadi, namun Pak Har ‘aslinya’
mencoba ‘kontruk’ pemahaman siswa. Mengutip konsep Suzuki Rio bahwa dalam
proses belajar tadi sebenarnya para siswa mampu akan bagaimana ‘mencari
sendiri’ dan berusaha menemukan ‘pemahaman’ itu. Mungkin proses ini yang agak
sulit ditemukan pada ricky dkk sehingga Pak Har beberapa kali merubah tempat
duduk siswa.
Menanggapi ‘kesan sepi’ dari
Subagyo tadi para reflector sudah
paham bahwa akar masalahnya adalah hari jumat. Subagyo kemudian memaparkan
argumennya…”Di luar alasan hari Jumat, LS ini ‘kan panggilan professional,
ternyata open Class masih belum menjadi
kebutuhan secara umum kita, akhirnya pesertanya ‘merotoli’ menjelang refleksi,
kecuali ada embel-embelnya tahulah apa yang saya maksud ..’kata subagyo dengan
kocak.” Memang masalah hari sudah dibahas di rapat, mudah-mudahan ada solusi
soal hari, kalau masalah ‘kebutuhan -need’ akan open class, rupanya itu
tergantung pada amal dan perbuatan professional atau mental program
professional diri guru pak bagyo.?%$ (guz).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar