Prigen, 20 Mei 2013
Pagi yang diselimuti mendung, di halaman MTsN Prigen sekitar jam 07.00 sedang digelar upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-105. Sesuai rencana kemarin (sabtu 18 Mei, red) para guru sepakat yang menjadi petugas adalah jajaran guru. Menurut koord. kegiatan Drs M Jamian mengatakan ..." khusus hari Senin, 20 Mei kita yang menjadi petugas, karena upacara Harkitnas dan kita pakai seragam batik Korpri,". Dalam kesempatan tersebut yang menjadi inspektur upacara adalah bapak Kepala Madrasah H Pardi, M.PdI.
Dalam amanat lisannya beliau mengajak dan membawa sejarah Kebangkitan Nasional tempo dulu 1908 saat pergerakan mahasiswa tokoh Trikoro Dharmo meletakkan dasar-dasar pergerakan kemerdekaan. Padahal kontras dengan era kini dari segi kondisi ekonomi-sosial rakyat yang masih dalam cengkraman 'kolonial' Belanda/Hindia Belanda semua serba kekurangan dan kekangan politis. Sejarah mencatat Indonesia ada secara 'dejure' adalah saat proklamasi, artinya saat itu masih bernama Hindia Belanda. H. Pardi mengkisahkan bagaimana konsidi alam dan sosial saat itu kepada siswa yang rupanya 'khidmat' 'tertarik' cerita masa lalu H Pardi.
.." bayangkan zaman itu tidak ada HP, SLJJ, apalagi fb, skype dll atau apapun, jadi sangat berat dan susah berkomunikasi. Misalnya pergerakan jong Java, Jong Celebes, Borneo dan daerah lain yang akan melakukan koordinasi Soempah Pemoeda 1928 itu saja harus kirim kurir surat rahasia melewati darat-laut dalam inspeksi Belanda. Jalan-jalan belum sebagus sekarang, bahkan jalan Deandles Anyer-Panarukan itu saja ada tapi kondisinya buruk. Alat transportasi rakyat masih dokar kuda/kereta sapi atau cikar. Orang sini ke pasar masih jalan kaki, setiap ada pos Belanda bakul atau bawaan mereka diperiksa polisi Belanda kawatir ada senjata atau surat-surat rahasia yang membahayakan 'guverment' Belanda..lanjut H Pardi.
Kesimpulannya,...Inilah yang ingin saya katakan bahwa dengan semua keterbatasan saat itu mereka bisa 'bangkit' idealisme kebangkitan membara yang ingin keluar dari tekanan bangsa penjajah Belanda selama hampir 3 abad dalam tekanan, nah..pelajarannya bagaimana kita sekarang? semua tersedia fasilitas apa saja ada dan sudah terbangun, apakah buah kemerdekaan hanya dari para 'the founding fathers' kita ini kita lewatkan begitu saja? semangat 'kebangkitan dirimu' harus ada dan manfaatkan untuk lebih maju dalam karya, cita-cita dan prestasi..jelas pak haji kelahiran Tuban ini,.." (Guz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar