Kamis, 28 Juli 2011

Lesson Study Berbasis Madrasah (LS-BM) MTsN Prigen dihadiri 2 (dua) Profesor Jepang

LS-BM:  Jembatan Menjadi Guru Inovatif-Siswa Aktif
Untuk kesekian kalinya MTsN Prigen mendapat kunjungan dari team expert JICA Jepang Tak tanggung-tanggung selama 2 (dua) hari berturut turut, selasa 26-27 Juli 2011. Pada Selasa dihadiri oleh Prof. Masaaki Sato dan Rabu, 27 Juli dihadiri Prof. Izumi Nishitani. Beliau berdua mengikuti dan menjadi keymaker seluruh rangkaian kegiatan: Open class, refleksi. Kelas VII C diplan-kan menjadi kelas open untuk hari selasa dengan guru model Dwi Asih Suryani, SPd dan Rabu kelas VII D dengan guru Model Kurnaeni F, SPd.
Walaupun kegiatan hari itu berbarengan dengan LBB 17-an di Kecamatan Open Class tetap jalan.
Tugas guru bukan hanya sebatas menstranfer pengetahuan kepada siswa dengan target kurikulum yang ada. Guru harus mampu berkolaborasi dengan teman rumpunnya. Kata 'nervous' tidak ada dalam kamus guru ketika mengajar diamati teman guru lainnya. Lesson Study  yang sudah digelar di MTsN PrigenDiharapkan Lesson Study mengajak guru mengubah proses 'tradisional dan konvensional' menjadi proses bermutu yang efektif. Melalui kegiatan ini guru dapat observasi, mencatat hasil observasi termasuk tela'ah proses dan revisi rencana pembelajaran demi perbaikan dengan beberapa kode etik ala LS.

 Pada saat refleksi  Masaaki Sato menandaskan bahwa sasaran pembelajaran yang ideal adalah bagaimana agar di akhir pembelajaran bukan hanya satu, dua siswa yang sukses atau mencapai level terbaiknya, tetapi semua siswa hendaknya mencapai level yang sama terhadapa tujuan pembelajaran yang diharapkan.Masaaki bahwa Perilaku siswa di kelas merupakan 'dalil-dalil' apakah siswa tersebut konsentrasi belajar. Misal posisi badan atau kaki yang tidak proporsional dapat disimpulkan 'tidak konsentrasi'.Di Jepang gaya siswa juga sama seperti itu juga biasa. Sementara Prof Izumi Nishitani mengatakan bahwa hasil kerja/LKS siswa yang memiliki input perbaikan sebaiknya dijadikan 'potofolio' siswa disimpan guru dan siswa pada kondisi tertentu dapat dijadikan standar perkembangan belajar.Pengelolahan kelas menjadi penting dalam menciptakan kelas kondusif, Izumi yakin 3-4 tahun kalau kondisi kondusif dipertahankan akan terjadi perubahan besar.

Menurut R. Hariadi, MPd fasilitator Pelita JICA KAb. Pasuruan sekaligus Waka Kurikulum ini menstresing  pentingnya fungsi media. Media pembelajaran menggunakan poin aljabar (benda kongkrit) harus mampu menjadi jembatan memahami konsep operasi yang pada akhirnya siswa dapat berpikir abstrak. Sementara Darmanto, MPd Koord Bid. Penjamin mutu memberi pandangan bahwa efektifitas media tercapai manakala media itu dapat menjadi alat bantu proses memahami. Tetapi tidak ada yang perfect, adakalanya salah prosedur penggunaan juga menjadi 'mal fungsi' itu yang harus dikurangi. Intinya menurut Kamad Drs. HM. Alfan Makmur, MM kegiatan open class ini sangat penting untuk 'membedah' bagaimana sebaiknya guru mengajar dan siswa belajar yang ujung-unjungnya adalah peningkatan mutu KBM. Itu dampak positif dari guru yang berkemampuan mengelolah kelas mulai desain belajar, pelaksanaan dan evaluasinya. Pak Alfan, saapan akrabnya mengharap kegiatan LS-BM terus digiatkan bahkan madrasah siap mengalokasikan anggaran untuk operasionalnya. Ok pak! (@gus-Rohmad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar